
Karya: Cilla Naifah Walida
MI Hidayatullah-Karya Siswa. Hujan turun, sangat deras, entah kenapa banyak orang yang suka dengan hujan, bagiku hujan datang tanpa permisi. Karena disaat aku butuh, hujan tidak turun. Tapi saat aku tidak butuh tiba-tiba hujan turun dengan sangat deras dan ibaratnya ia menumpahkan air pada apapun dan siapapun yang berada di bawahnya. Termasuk aku, yang hampir tiap hari jadi korbannya.
Waktu sore kemarin tiba-tiba hujan menumpahkan airnya, dan itu saat aku bersama teman-teman yang lain akan pulang sekolah. Kami terpaksa menunggu reda sambil menunggu jemputan. Untung saja sore ini tidak hujan. Seperti biasa, Sabtu sore aku kerumah sahabatku untuk mengerjakan tugas bersama dan setelah tugas selesai, kami membuat kue untuk ibu sahabatku karena beliau sedang berulang tahu. Kami membuat kue coklat dan kami taburi dengan butiran coklat. Setelah itu, kami memberikan kue itu dan mengucapkan selamat kepada ibu sahabatku. Tentu saja ibunya sangat senang dan berterima kasih pada kami. Setelah memberikan kue itu, aku bergegas pulang karena ibuku sudah mencariku.
Sesampainya di rumah, aku langsung mandi, salat, dan makan siang. Aku rebahan sambil menonton tv, begitupun orang-orang untuk melepaskan semua kepenatan setelah sepekan beraktifitas. Ketika sedang asyik-asyiknya bersantai, tiba-tiba rintik hujan turun di saat senja. Semua orang berlarian untuk mencari tempat berteduh. Lalu, aku berfikir bagaimana kondisi orang yang tidak memiliki tempat tinggal? Dan mereka terpaksa harus berteduh di emperan orang. Malam sudah larut, tapi mengapa aku masih belum bisa tidur? Ya … tidak masalah sih, karena besok ‘kan hari Minggu. Haahh! Hujan lagi! Hujan lagi!
Apa kau tidak bosan dan capek menetaskan air terus? Ya, memang ini puncak musim hujan, tapi apa kau tidak bisa libur hari ini saja? Dan aku sangat lelah, aku pun mulai bisa tertidur. Keesokan hari minggu. Yeaay! Hari ini hari Minggu aku bisa bersenang-senang bersama keluargaku. Aku mengajak keluargaku pergi ke kebun binatang. Kami pun segera berangkat dan menempuh perjalanan yang sangat jauh. Sesampainya di sana, banyak sekali hewan yang sangat unik. Ada unta, kuda, elang, dan masih banyak lagi. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan turun sangat deras. Kami memutuskan untuk segera pulang dan tidak melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di rumah aku berfikir, memang benar di balik setiap tetes hujan yang turun ke bumi, tersimpan makna dan pelajaran berharga. Dari hujan, seseorang bisa belajar bagaimana menjadi pribadi yang bijaksana. Tak salah, banyak orang yang menganggap hujan lebih dari fenomena alam biasa. Dan apa benar, pelangi yang muncul setelah hujan menjadi janji alam jika masa buruk telah berlalu dan masa depan akan baik-baik saja? Aduh, jadi bingung! Hujan pun berhenti. Aku sangat senang karena pakaianku bisa cepat kering setelah diguyur hujan. Aku berharap matahari datang esok hari membawa mimpi baru. Tak bisa dipungkiri, hujan bisa sangat memengaruhi suasana hati seseorang. Hujan menyimpan kenangan manis di dalamnya, di balik tiap tetesan hujan, ada sebuah senyum yang selalu terkembang. Malam semakin larut, aku harus segera tidur supaya bisa bangun lebih awal.
Di pagi hari ini, aku bersiap-siap untuk segera berangkat ke sekolah. Setelah siap, aku berpamitan pada ayah dan ibuku. Kulangkahkan kakiku keluar rumah dan kulihat langit yang begitu cerah di pagi ini. Di sekolah, aku sampai tepat pada pukul 06.35 wib dengan ditemani udara yang sejuk, aku berjalan menuju ruang kelasku. Aku melihat kesekitar lingkungan sekolahku, terasa masih sepi hanya terdapat beberapa orang yang sudah berada di lingkungan sekolah.
Bel masuk pun berbunyi, menandakan jam pelajaran akan segera dimulai. Aku keluarkan buku pelajaranku, duduk dengan rapih, dan memperhatikan kata demi kata yang diucapkan oleh guruku. Waktu terus berlalu, aku melihat langit yang mulai mendung dan hujan pun tiba. Bel pulang mulai terdengar, seluruh siswa-siswi beranjak keluar dari kelasnya. Tidak lama kemudian hujan turun membasahi semuanya. Namun ada orang yang tidak suka pada hujan. Dan mereka kebingungan untuk pulang. Aku berjalan pulang bersama temanku. Walaupun hujan aku tetap nekat pulang karena ingin menikmati hujan ini.
—
Setelah sampai di rumah, ibuku tersenyum lebar dengan melihatku yang basah kuyup karena sudah biasa aku pulang dengan keadaan seperti itu ketika hujan turun. Aku segera mandi dan berganti pakaian. Tak terasa hujan pun reda. Belajarlah dari hujan. Ia jatuh, namun tetap kembali. Hujan tidak hanya datang sendirian. Ia datang bersama kesejukan, hal buruk tidak datang sendirian ia datang bersama pembelajaran. Dan bisa diibaratkan, hidup terkadang akan seperti hujan. Bila kamu tak ingin tenggelam dalam tetesanya, maka berteduhlah. Ketika hujan turun, tidak hanya membawa sejuta kenangan indah bersamamu, namun juga membawa sejuta keberkahan untuk bumi.





